Sampah dan Pengelolannya

by | Jan 25, 2014 | Artikel Lingkungan Hidup | 0 comments

Waste Management

Jumlah sampah yang semakin hari semakin meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk merupakan permasalahan lingkungan hidup yang dihadapi saat ini. Timbulan sampah akan terus meningkat baik jumlah maupun jenisnya. Pertambahan jumlah sampah sejaan dengan bertambahnya jumlah penduduk, pola hidup dan tingkat konsumsi masyarakat. Berdasarkan data Kementrian lingkungan hidup pada tahun 2003 timbulan sampah dihasilkan adalah 2,41 liter/orang/hari. Di Kabupaten Karanganyar timbunan sampah mencapai + 300 m3/hari.
Permasalahan sampah lainnya adalah ketersediaan lahan untuk tempat pembuangan sampah semakin terbatas. Selain itu, membuang sampah sembarangan seperti di tanah kosong, sungai, selokan dan tempat lainnya yang tidak seharusnya sehingga sampah menumpuk diberbagai sudut kota menjadikan masalah sampah semakin pelik.
Pandangan masyarakat yang menganggap sampah sebagai sesuatu yang harus dibuang, tidak berharga bahkan sesuatu yang dijauhi karena pada umumnya sampah adalah barang yang kotor, kumuh, berbau tidak sedap dan sejenisnya yang menuju kearah terganggunya kehidupan manusia. Dan juga anggapan bahwa alam dapat menampung sampah dan menguraikannya secara alami menjadikan permasalahan sampah ini tidak dianggap penting atau hanya dipandang sebelah mata.
Untuk dapat mengatasi masalah sampah, kita harus mengenal apa itu sampah?. Sampah atau yang dikenal dengan limbah domestik adalah hasil sampingan dari suatu kegiatan, dimana penghasil sampah tidak menggunakan lagi hasil sampingan tersebut sehingga dibuang ke lingkungan.
Sampah dibedakan menjadi dua yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik adalah sampah yang berasal dari jasad hidup dan dapat hancur/diuraikan secara alami (biodegradable) seperti sayuran, sisa-sisa makanan, dedaunan dan lain sebagainya. Sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang tersusun atas senyawa anorganik dan sulit diuraikan secara alami. Yang tergolong ke dalam sampah anorganik antara lain plastik, alumunium, besi, kertas, kaca, seng, botol, dan lain-lain termasuk di dalamnya limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) seperti baterai, aki bekas, lampu TL dan sebagainya.


Sejauh ini, pemerintah maupun masyarakat melakukan pengelolaan dan pengolahan sampah dan limbah memakai metode 5R, yaitu reduce, reuse, recycling, replace dan rethink.

  1. Reduce atau mengurangi, yaitu membatasi dan menekan pemakaian benda-benda yang merusak lingkungan seperti mengurangi pemakaian benda-benda terbuat dari plastik (kantung kresek, botol plastik, sedotan). Dengan mengurangi sampah dapat mengurangi kemungkinan terjadinya banjir.
  2. Reuse atau menggunakan kembali, yaitu memakai kembali barang-barang yang sekiranya masih bisa digunakan. Misalnya saja kertas bekas print, bagian belakangnya masih bisa dipakai untuk coret-coretan atau notes sebagai pengganti kertas berperekat (post-it note atau sticky note) atau kantong plastik atau kantong kertas yang umumnya didapat dari hasil berbelanja, sebaiknya tidak dibuang tetapi dikumpulkan untuk digunakan kembali saat dibutuhkan sehingga dapat memperpanjang masa pakai sampah.
  3. Recycling atau mendaur ulang, yaitu mengolah kembali barang-barang sulit terurai yang sudah rusak atau tidak dapat digunakan menjadi barang yang sama sekali baru dan berguna seperti mengolah kembali kertas bekas menjadi bubur kertas untuk dijadikan material pembuatan tisu dan kertas baru, mengolah kotoran hewan ternak menjadi pupuk kandang atau pupuk kompos.
  4. Replace atau menggantikan, yaitu mulai mengganti barang sekali pakai dan barang tidak ramah lingkungan dengan barang yang dapat didaur ulang. Misalnya mengganti sendok plastik dengan sendok alumunium, tisu bisa diganti dengan menggunakan sapu tangan.
  5. Rethink, yakni memikirkan kembali keputusan kita dalam membeli atau menggunakan barang. Pada saat berbelanja, sebaiknya memilih barang yang tidak boros kemasan dan ramah lingkungan seperti barang yang dikemas karton. Serta dengan mengubah paradigma kita mengenai sampah yaitu dengan menganggap sampah sebagai barang yang bernilai ekonomis jika dikelola dengan baik.