Sektor energi mempunyai peran sangat penting dalam mewujudkan pembangunan nasional berkelanjutan. Kebutuhan energi nasional akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi, penduduk, standar hidup, teknologi dan tuntutan persyaratan lingkungan. Kebutuhan energi nasional masih didominasi energi fosil yaitu minyak bumi (46%), batu bara (29%) dan gas bumi (21%) (Bauran Energi Primer Nasional 2012, Kementerian ESDM).

Kebutuhan energi juga dipengaruhi oleh perilaku kita. Indonesia termasuk bangsa yang boros energi. Indikator boros energi secara nasional adalah intensitas energi yang merupakan perbandingan antara konsumsi energi (TOE) dengan GDP nasional (juta US $). Penyebab boros energi antara lain :

  • Kurangnya kesadaran konservasi energi dan manfaatnya bagi perusahaan dan nasional.
  • Kurangnya kemampuan analisis untuk memperkirakan potensi penghematan energi.
  • Lemahnya kemampuan analisis data penggunaan energi dan data operasi untuk keperluan ?managerial control.
  • Kurangnya pengetahuan teknik audit energi, konsep energi, hubungannya dengan panas, kerja, suhu, tekanan, karakteristik performance alat-alat.

Kebutuhan energi yang terus meningkat dari waktu ke waktu, sementara ketersediaan energi nasional, khususnya energi fosil, relatif tetap sedangkan pemanfaatan energi terbarukan belum optimal. Hal tersebut berdampak pada :

  • Harga energi yang terus naik. Kenaikan harga ini berdampak pada kenaikan biaya produksi, sehingga bisa menurunkan daya saing produk Indonesia.
  • Emisi CO2 semakin meningkat, sehingga berdampak buruk pada kelestarian lingkungan.
  • Ketahanan nasional bisa terganggu karena import energi terus meningkat yang berimbas pada ketergantungan energi pada negara lain. Peningkatan import energi ini berimbas pada penurunan cadangan devisa.

Dengan kondisi energi seperti itu, maka konservasi energi berkelanjutan melalui manajemen energi menjadi sebuah solusi yang sangat yang sangat beralasan. Konservasi energi bisa dilakukan melalui :

  • Perilaku bemat energi
  • System optimization
  • Retrofiting, desain
  • Pemanfaatan teknologi baru yang lebih hemat energi

Penerapan konservasi energi secara menyeluruh bisa menghemat antara 10% hingga 60% tergantung kondisi. Keberhasilan konservasi energi secara optimal bisa meningkatkan daya saing produk, mengurangi emisi CO2 dan meningkatkan ketahanan nasional. Namun demikian, dalam prakteknya, terutama di sektor industri dan PJU, konservasi energi belum bisa berjalan sesuai harapan, karena adanya berbagai kendala terutama adalah kendala keterbatasan dana dan kurangnya kompetensi SDM.

Kebijakan pemerintah tentang ?Gerakan Hemat Energi? meliputi :

  1. Pengendalian sistem distribusi BBM di setiap stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).
  2. Kendaraan pemerintah dilarang menggunakan BBM subsidi, baik pusat maupun daerah serta badan usaha milik negara maupun daerah.
  3. Pelarangan BBM bersubsidi untuk kendaraan perkebunan dan pertambangan.
  4. Konversi BBM ke bahan bakar gas untuk transportasi.
  5. Penghematan penggunaan listrik dan air di kantor-kantor pemerintah pusat dan daerah, BUMN, BUMD serta penghematan penerangan jalan.

?